aku demam.
yang kubutuhkan hanya seseorang dewasa yang bisa menjaga dan merawatku.
tapi sayangnya aku hanya seorang diri sekarang.
semua orang pergi.
atau aku yang pergi?
entahlah.
rasanya sakit ini menjalari tubuhku dengan teganya.
dia tak membiarkan aku mampu beranjak.
sesaat aku tertidur dan bermimpi bertemu sesosok bersayap.
menatapku saat aku sedang tertidur.
aku merasa jatuh ke dalam lubang hitam.
berteriak minta tolong namun tak ada yang mendengar.
aku kesepian di usiaku kini.
aku ingin menjadi anak kecil lagi.
tiba-tiba aku teringat gabriel.
mungkin jika aku kembali berumur 7 tahun aku bisa berjalan ke tempat itu bersama dia.
mungkin dia mau menemaniku masuk ke dalam dan menyusuri jalan lurus itu hingga ke tempat terang di ujung ruangan itu.
mungkin.
tiba-tiba tubuhku terasa ringan.
aku kini ada di dalam sebuah kamar yang terbuat dari kayu.
di sana ada tempat tidur, sebuah meja dan kursi di pojok, sebuah jendela dengan gordain pink.
aku berjalan perlahan.
aku menatap dalam udara kosong itu.
berharap ada yang akan memelukku.
aku merasa kedinginan dan butuh kehangatan.
kemudian aku mulai berandai-andai.
aku membuat lingkarang dengan tanganku.
seolah ada seseorang di depanku dan aku bersiap memeluknya.
aku tertarik ke sana.
tiba-tiba seseorang yang sungguh ada di hadapanku memelukku.
kini pria yang sudah cukup tua.
tidak terlalu tua.
dia memelukku.
dan aku hanya bisa memejamkan mata merasakan dekapannya,
yang sungguh membuatku merasa bahwa tubuhku kembali ke bentuk semula dan kini tersenyum bahagia.
kakiku menapak.
jalan yang sama 17 tahun yang lalu.
aku tak lagi berjalan menunduk.
aku melihat ke depan.
kini aku berada di pintu itu lagi.
dan cahaya itu masih ada di ujung ruangan itu.
ternyata aku tak sendiri di sana.
semakin aku masuk jauh dalam ruangan itu, ternyata kulihat banyak orang yang sedang duduk di sana.
aku sesekali menoleh melihat mereka.
mereka tak melihatku, seperti terfokus pada pikiran mereka.
entah apa yang mereka pikirkan.
oh, mengapa lorong ini begitu panjang?
aku mulai lelah saat kemudian kudengar suara piano.
akhirnya aku sampai di tempat piano itu.
kuhampiri pria yang sedang duduk di balik piano itu.
berharap dia gabriel.
dan suara alunan piano itu terhenti. dia menoleh.
"aku sudah lama menunggumu."