Monday, June 15, 2015

Lamunanku

Hari demi hari. Rasanya semakin dekat dengan kematian.
Banyak fase dalam hidup ini yang belum aku lewati.
Menikah. Hamil. Melahirkan. Membesarkan buah hati. Patuh selamanya pada suami. Hingga kematian datang menjemput.
Kematian adalah satu hal yang pasti. Seberapa cerdik kau sembunyikan dirimu dari kematian, tetap saja ia akan datang menjemputmu bila telah habis waktumu. Semua hanya masalah nomor antrian saja.

Menikah.
Mungkin hal ini yang paling dekat dengan hidupku saat ini, secara pengetahuanku. Karena akupun tak tahu kapan kematian akan datang menjemputku. Bisa saja aku belum merasakan pernikahan saat ajal menghampiriku. Namun, tentunya aku selalu berdoa pada Allah agar aku diberikan kesempatan untuk bisa merasakannya dengan orang yang akan menjadi jodohku.

Menjelang pernikahan tentunya ada banyak sekali hal yang perlu dipersiapkan.
Materi. Pasti. Hal ini adalah hal nyata yang harus kami ke luarkan untuk mewujudkan pesta pernikahan kami.
Fisik. Kami juga menyadari betapa fisik sangat penting untuk kebahagiaan kami ke depannya. Sebisa mungkin menjaga kesehatan dan memohon pada Allah agar selalu dilindungi dari segala penyakit.
Mental. Tentunya sudah kami persiapkan dalam menghadapi pernikahan ini. Bukan hanya tentang komunikasi, kesabaran dan keikhlasan. Namun jauh di dalamnya ada hal yang tak bisa dilukiskan dalam pernikahan namun wajib sekali untuk dipahami. Terlebih lagi karena kita sudah diberikan nikmat iman dan Islam yang tiada tara dari Allah.

Artikel yang kubaca siang ini membawa aku pada lamunan indah atas kisahku dengan dirinya.


Komunikasi

Saat ini aku tengah menyadari betapa pentingnya kuliah komunikasi yang telah aku jalani 6 tahun yang lalu. Mungkin banyak orang yang menganggap bahwa kuliah komunikasi bukanlah hal yang penting. Toh semua orang "bisa ngomong". Oke, semua orang memang bisa berbicara. Tapi apakah semua orang mampu berbicara dengan baik dan benar? Terlebih lagi saat mereka menyampaikan maksud dan tujuan mereka.

Aku berbicara seperti ini bukan karena aku sudah level dewa dalam komunikasi. Aku juga masih terus belajar. Selepas dari kuliah, aku juga masih kerap kali salah berbicara bahkan sampai menimbulkan pertengkaran. Aku tiba-tiba teringat pentingnya semua komunikasi itu karena siang ini di saat aku tengah berbalas e-mail dengan seseorang di sebuah perusahaan ternama berlevel multinasional, aku menerima e-mail yang tidak enak.

Padahal dia hanya menulis "resend".

Tapi aku merasa itu bukanlah hal yang pantas. Sebaiknya ia mengingatkan kembali bahwa aku sudah melewatkan untuk membalas e-mail sebelumnya yang telah ia berikan. Bukan hanya dengan menulis "resend". Masalahnya selain menanyakan sesuatu hal, dia juga memintaku menyiapkan berbagai hal yang ia butuhkan. Kemudian dalam sekejap aku menyiapkan dokumen-dokumen yang ia butuhkan. HANYA SAJA aku lupa menjawab satu pertanyaannya.

Alih-alih membalas dengan terima kasih atas dokumennya terlebih dahulu, lalu mengingatkan bahwa saya belum menjawab pertanyaan yang dia butuhkan, dia malah langsung "resend".

Haha di sini saya marah. Sebagai orang yang sangat menjunjung tinggi komunikasi yang jelas, saya tidak terima.

Ya sudahlah. Maaf ini benar-benar curhat dan menumpahkan kekesalan saya saja.
Ini aja ditulis di warnet. hehehe