Thursday, May 30, 2013

imajinasi

imajinasi..

hadir bersama hujan yang turun ke muka bumi
pandangan penuh visi ke depan tak terperi
menyapu kisah perlahan satu demi satu
tak bisa dikira ke mana ujungnya

imajinasi yang terlalu diterbangkan ternyata tak terlalu baik
menjadi terlalu kreatif menjadi sebuah momok yang memilukan
berkali-kali kau coba ciptakan sebuah cerita
siapa pula pikirmu, kau ini Tuhan?
mencoba menerka apa yang seharusnya bahkan tak terpikirkan

kini aku merasa berdosa
mengajarkan diri sendiri untuk menelisik terlalu dalam kehidupan
bukan hanya kehidupan akan diri sendiri, tapi juga lainnya

bahkan surga dan neraka ada batasnya
sudah saatnya tak lagi tak tahu batas
jangan berlagak seperti anak kecil yang tak tahu apa itu batas
tahan segala imajinasi yang mencoba menyeruak terlalu dalam
jangan kau biarkan masa demi masa tak bisa terobati lagi

kendalikan dirimu
mungkin saja kau masih tak paham
bahwa sesungguhnya dirimu hanyalah sebuah imajinasi
belaka
atas siapa?

Sunday, May 19, 2013

sholat magrib

udah 19 hari jadi anak rumahan. rasanya kembali ke usia dini. bisa selama itu sama ayah dan ibu di rumah. bisa sesering itu menyapa mereka. dan bisa sholat jamaah bersama mereka. sungguh nikmat yang luar biasa masih ada kehadiran mereka di (hampir) 25 tahun hidup gw.

entah kenapa saat sholat magrib adalah saat yang paling sukses bikin gw mewek terus. please, ini bukan berarti gw masih kaya anak kecil. gw rasa siapapun akan bergetar hatinya bila merasakan kehadiran orang tua mereka yang perlahan membuat sadar, kalo mungkin kita terlalu fokus dan sibuk untuk berkembang dan tumbuh dewasa, dan mungkin terlupa bagi kita bahwa merekapun juga tumbuh menua. 

sholat magrib. ayah jadi imam dan ibu di sebelahku. tak lama kaki ini seakan berpijak pada tempat yang berbeda. flash back ke waktu puluhan tahun lalu. di mana gw masih jadi anak yang "liar". susah banget disuruh pake mukena. bawaannya lari-larian terus. dan setelah akhirnya berhasil dipakein mukena, dipaksa berdiri di antara ibu dan nenek gw, tetep aja anak kecil ini ga bisa diem. sholatnya goyang-goyang mulu. dan selalu mikir kenapa kalo ayah yang jadi imam lamaaaa banget. bacaan suratnya panjang-panjang saat itu. bacanya juga sangat perlahan. 

kalo bulan puasa, bagi anak kecil ini begitu sulitnya melalui sholat tarawih jamaah di rumah. ibaratnya shilat magrib aja yang hanya 3 rakaat lama banget. apalagi tarawih coba :)) dan anak kecil ini selalu ketiduran kalo udah sujud rakaat ke-sekian. dan ga ada satupun dari keluarga gw yang bangunin. walaupun abis sholat tarawihnya selesai dia bangun dan aktif lagi nonton tv atau main.. haha. anak kecil... 5-6 tahun lah usia kala itu.

sempet keki dan sebel juga karena tiap abis sholat itu ayah selalu ngasih tausiyah atau ceramah gitu. bagi bocah itu lama banget. dan dia seneng banget kalo ayah harus jadi imam di mesjid. karena berarti di rumah yang jadi imam adalah abangnya.. hehehehe. kala itu, even sholat jamaah dirumah terasa ramai banget. karena apa? karena abang gw aja ada 4 lalu kakak gw 1, ditambah ibu dan nenek serta pembantu gw. seinget gw pacar abang gw juga udah pernah main ke rumah sholat jamaah bareng. rame laahh...hehe.

sekarang kaki ini kembali ke masa kini. di mana gw liat di musholla rumah gw ini cuma ada gw, ayah, dan ibu. cuma bertiga. sepi. ga ada yang lain. ayah dan ibu yang sudah menua. melemah, sampai terkadang mereka harus sholat dengan menggunakan bangku untuk duduk. katanya udah ga kuat. hari ini aku denger lafalan ayat alquran dari ayah yang dibacanya dari rakaat pertama. ayah "cuma" baca surat al-insyirah dan al-ikhlas. bacanya perlahan-lahan. hafalan surat pendek, yang ketika usia kecil sangat  gw harapkan ayah baca. sekarang semua kerasa berbeda. tinggal gw yang masih bisa berdiri di belakang mereka.  

ibaratnya, mau gw jungkir balik kaya apa juga ga akan ngebalikin keadaan kan. sekarang yang gw pikirin adalah gimana bisa bahagian mereka di hari tua mereka. gw berdoa semoga masih bisa merasakan kehadiran mereka di saat gw wisuda nanti. di saat gw dipertemukan sama pria yang tepat dalam hidup gw, yang sayang juga sama mereka sebagaimana dia menyayangi orang tuanya sendiri, di saat gw memiliki anak dan ibu masih bisa menggendongnya, ayah masih bisa menciumnya. di saat mereka bisa istirahat dengan menjadi makmum, sementara suami sholeh gw yang menjadi imam, yang lafalan ayatnya membuat mereka bahagia atas kebahagiaan gw, dan tartil tilawah qurannya mendamaikan suasana subuh di rumah gw kelak..

ya Allah, berilah umur yang panjang untuk ayah dan ibu, berilah mereka kebahagiaan di usia tua mereka. berikanlah mereka kesehatan. berikan aku kemudahan dan kelancaran dalam menjalani hidup ini untuk membahagiakan mereka ya Allah. amin ya rabbal alamin.. :')

Thursday, May 16, 2013

perjuangan bro

Ini bukan tentang tanganlo yang terbakar sinar matahari saat lagi mengendarai motor dan membuatlo memutuskan untuk beli sarung tangan pengendara motor di pinggir jalan.

Ini juga bukan tentang perjalanan lo ke sana ke mari sambil membawa 10 buku referensi serta 2 laptop dan atribut lainnya ke manapun lo pergi karena lo ga bisa meninggalkannya di manapun.

Ga cuma segitu bro perjuangannya. 

Berawal dari kisah orang terdahulu yang membakar semangat pagi.
Yang nasihatnya bisa membawa imajinasi terbang jauh menyikapi sebuah hari.
Tatkala hanya terucap berkah penuh doa yang rutin tersalur tiap hidung ini menyentuh bahu tangannya.

Seorang ayah, yang kemudian memelukku dalam kehangatan restunya.
Seorang ibu, yang kemudian menuntunku dalam langkah ke jalan yang penuh cahaya.

....dan seketika ini juga aku kehilangan kata-kata.


Thursday, May 9, 2013

little girl story

Kadang dalam hidup ini ada hal-hal sederhana yang cukup sulit untuk dijelaskan. Entah seharusnya tidak usah dijelaskan, diungkapkan, diberitahukan atau apalah itu, atau... kita harus terus berusaha membuat hal itu dapat diterima dan dimengerti?

Berbagai hal sensitif sering kali menjadi topik yang ah-pingin-cerita-tapi-gimana-ya-bilangnya... Tanpa disadari, sebenarnya belum tentu orang dihadapan kita itu ingin tau dan mau mengerti.

Keluarga misalnya. Bukan sebuah aib, melainkan sesuatu yang salah-salah kita ungkapkan bisa mencerminkan kehidupan kita.

Ada seorang gadis kecil yang harus menanggung kesepian orang tuanya di masa tuanya. Gadis kecil yang dulu selalu menjadi anak kesayangan, dan kini dengan rasa sayangnya dia harus menemani orang tuanya. 
Menjadi lebih kuat dari apapun saat mereka butuh. Menjadi paling tegar dari mereka yang mengeluhkan hal-hal berat yang dikemas sepele. Menjadi yang paling bisa diandalkan dibanding mereka yang sibuk sendiri di luar sana dengan kehidupan baru mereka.

Tak jarang air mata gadis itu mengalir dalam doa. Tak sedikit amarah yang terjebak dalam penyesalan akan ketidakmampuan untuk menjadi lebih. Tak banyak yang diungkapkan olehnya di depan kedua orang tuanya. Selain mencoba untuk terus berkata "iya" pada pinta mereka. 

Jangan sampai mereka melihatku penuh derita, pikirnya. Jangan sampai sakit yang melanda membuat pikiran mereka gundah gulana, pikirnya. 

Namun, jauh di sisi lain hatinya ia mencoba menemukan seseorang yang bisa menumpahkan isi hatinya. Sahabatnya telah bersamanya hampir seumur hidupnya. Tak jarang gadis itu berharap bisa menemukan pemimpinnya. Pemimipin yang bisa memahami tanpa harus mencari kesalahannya. Pemimpin yang bisa membuat kesalahannya menjadi pelajaran penuh makna. 

Sedihnya saat gadis itu tak bisa mengungkapkan perasaannya. Bukan karena tak berani berkata akan semuanya. Tapi mencoba cukup tahu diri bahwa semua usahanya tak selalu akan membuahkan hasil untuk dapat menemui sang pemimpin untuk sang pemimpi itu,

Baru saja ia ungkapkan separuh harinya, langsung saja pasukan bertameng itu menghadang. Kemudian ia memejamkan matanya, melihat gelap yang mulai menyelimuti harinya. Visinya tak lagi mengabur. Cukup hitam untuk terus bisa membedakan dari mana cahaya itu berasal. Selalu ia menyadari bahwa ia berjalan di jalan yang tepat. Dengan menyebut nama penciptanya yang sangat mengasihi dan menyayanginya, ia terus berjalan... mencoba membahagiakan orang yang telah membahagiakan dirinya terlebih dahulu. Her parents.

Wednesday, May 8, 2013

maaf




Meminta maaf itu baik.

Memberi maaf itu mulia.


-kata Uje.

umur terindah

"Hidup memang tak seindah waktu kita muda dulu. Umur terindah pasti kan berlalu.."
Sheila on 7. Jalan Terus. Album: The Very Best of Sheila on 7


So, gitu kata Sheila on 7. Band yang udah gw kagumin dari usia...hmm..(mikir) 10 atau 11 tahun.
Bener banget. Haha, umur terindah gw? kapan ya?

11 tahun. Ada apa? Ada first love gw. hahahaha.
Sebenernya sih suka-sukanya udah dari umur 5-6 tahun gitu. Terlalu cepat emang. Tapi lasting banget semua masa itu, dan masih bisa merasa tenang kalo diem-diem masih ada yang bersedia melindungi kita, even melalui doa. Ga cuma buat diri kita, tapi orang-orang yang kita sayang.

18 tahun. Bisa dibilang indah juga.
Di umur ini gw merasa menjadi Amalia ter-tangguh. Pertama kali bisa ngomong ke diri sendiri, "Serius ah, Mal!" kata-kata serius ini tertuju dalam pencapaian cita-cita gw. Bersyukur bisa kenal orang-orang di usia ini. Terlalu beragam. From angel to demon. From heaven to hell! Semua orang macam ini gw kenal, dan alhamdulillah semua bisa gw dapet pelajarannya dan gw tidak terjerumus ke hal-hal yang menyesatkan. 
Hal paling menyedihkan di usia ini adalah kehilangan sosok Mama :') tapi pesan terakhir beliau ga akan pernah gw lupa, "Keep drawing your own future ya!" kata Mama pas ngasih hadiah sketch book buat gw, katanya gw jangan berhenti menggambar. 

Apa yang akan terjadi di 1/4 abad usia ini?
gw harap akan menjadi salah satu umur yang terindah juga.... amiin ya Allah :)

pertama untuk terakhir

Pelan-pelan mereka mengabur
Cita-cita yang kini telah terkubur
Tak pernah menjadi sebuah pilihan 
Karena semua tergaris di tangan Tuhan

Apakah harapku saja meraihnya
atau keadaan yang merubah semuanya

Kini aku berada di ujung perantara
Yang menghubungkan duniaku dan duniaku
Ya, semua memang hanya tentang duniaku

Pertama kali dalam hidup memang pasti selalu ada
Tapi jangan pernah lupakan sang terakhir kali
Yang hadirnya siap menusuk kapan saja
Tanya bertanya tanpa banyak bercerita
Tetiba terhadapkan akan sebuah jawaban

Lain duniaku lain duniamu
Walau begitu teruslah mencoba
Jangan pernah menyerah
Atau paling tidak, belum saatnya menyerah

Bagaimana bisa kau putuskan yang tak pernah tersambungkan?
Kenalilah setiap makna sebelum kau meninggalkan tanda tanya
Atau kau akan selalu terpaut dengan asa penyesalan
Yang tak pernah memiliki air mata

pendosa

"Hati dan raga ini terlalu menginginkanmu,

hingga kagum berubah menjadi duri."

-sepotong lagu Sheila on 7.

meradang dia

hff.. anjing sebelah telah menggonggong lagi
Pertanda sudah terlalu malam
Hingga kudapat mendengar suaranya
Masih duduk di tepi tempat tidur
Menggoreskan pensil yang kian redup ini
Mencoba paparkan makna dari tiap pikiran
dan mungkin juga perasaan

Campur aduk tak sampai lebur
Namun ada retak yang mungkin sebabkan hancur
Berkali-kali kutanya hatiku
Apa maunya sebenarnya
Berkali-kali juga dia menjawab
Bahwa ia hanya ingin dirinya
Dirinya yang tak pernah mengindahkan
Tak pernah bisa melihat sebuah pengharapan
Tak segan membunuh segala upaya
atau dengan mudahnya surutkan sebuah senyuman

Meradang dia diinjak
Meringis dia ditikam
Hati namanya
Yang selalu mencoba untuk dikatakan kuat
Namun hanya bisa tunjukkan luka yang kian terpahat
Berharap dia musnah
Namun tak mungkin lagi dia menemukan arah

don't know what to say

Kadang kita tidak tahu apa yang ingin kita ucapkan
Ketika hati tengah menderu, bagai mesin yang memompa gelora jiwa
Menggelitik hasrat untuk terbang ke angan-angan

Ketika situasi telah menyelimuti pijakan diri pada bumi yang kian meretas
Seperti tak ada satupun malaikat yang ingin membantu
untuk mengurai semua perasaan yang berputar pada tornado imajinasi

Apa yang kurasakan saat ini?
Bagai tak mampu berpijak, jangan pura-pura seakan tak berTuhan kau!
Terlalu cepat jarum itu menyentuh angka dua belas
Tak memberi kesempatan bagi jiwa yang ingin berpikir untuk mengubah setiap makna

Cahaya temaram di sudut mataku
Selimut yang hangat memeluk dingin tubuhku
Apa yang kau masih tunggu 
Jika tinta ini tak mampu lagi maknai hatiku


sensitif sekali


Kadang kata-kata terasa tajam
Saat tak sesuai dengan interpreatsi kita
Kadang menjadi iritasi mendengarnya
Saat gaungnya hanya mengulang kesalahan

Maaf saja belum terucap
Bagaimana bisa senyum ini tersimpul kembali?

Sekali lagi kau sebut dirimu orang baru
Tanpa pernah sedikitpun kau pahami
Bahwa dirimulah yang membuat aku baru
Dan baru saja kau ucapkan kata itu
Yang membuatku terlalu mengharu biru

Aku baru saja menjadi diriku sendiri
Tertawa lepas dan bisa menertawakan diri sendiri
Mengelak tawa yang membuatku mampu berdiri
Dalam pijakan hidup yang sempat kukira berduri

Pahamilah bukan posisiku
Melainkan posisimu bagiku

come what may

Buat kamu, yang terlalu takut untuk membuka lembaran baru.
Maka beli saja sebuah buku baru.

Tanggal sekian di bulan sesuatu pada tahun kini


Mengapa pula kutuliskan sebuah tanggal?
Hari ini bukan tanggal cantik.
Adakah sesuatu yang membuatnya terlihat cantik? hmm..

Saat pandangan mencoba menatap ke depan, di mana sebuah liukan tercipta.
Bukan dari seorang penari, dan bukan pula hadirnya labirin.
Mencoba menelusurinya untuk mencari sebuah jalan ke luar.
Jalan ke luar ke mana?
Memang aku sedang di dalam apa?
Mengapa mau mencoba ke luar?

Ah, banyak cakap sekali kau, diriku!
Sadarkah kau apa yang hadir di bibirmu?
Tahukah kau apa yang menghiasi pipimu?
Sudahkah kau lihat isi hatimu?
yang dulu berdinding kelam dan kedinginan
yang ditinggalkan penuh caci dan maki
terinjak tak bernyawa
seolah padam.

Apakah kau kini menyadari?
Bahwa ketika pensil ini menggores
Ada senyum merekah di bibirmu
Ada rona merah terpancar di pipimu
Ada seseorang yang mungkin sedang kau tanyakan,
Pantaskah dia di hatimu?

Kadang kau berpura-pura bodoh untuk mencoba memahami makna sebuah kepintaran
Dalam liukan visi yang dapat diterka
Seolah derap kaki menuju seirama
Cahaya bintangpun tak sanggup menggoda
Bulan mengintip di balik pelukan sang awan

Mungkin kali ini mereka benar, 
bahwa sekali lagi kau berubah
Seolah menjadi orang yang sedang memahami
bahwa cinta bisa datang kapan saja..