Monday, March 18, 2013

Talk 

is

cheap.




That's why i write these things.

where every moment spent






...where every moment spent with you 

is a moment I treasure...

tahun ke 21

Lia. 2009.
katakan aku masih terlalu muda saat itu
dihadapkan pada Dia yang menciptakanku
melintasi kehidupan yang begitu dekat denganNya

ketika setiap langkah adalah tuntunanNya
ketika setiap ucapan adalah namaNya
ketika setiap air mata adalah cintaNya

begitu polos dan tak berdaya
menganggap semua adalah skenario mereka

bodoh dan angkuh
menatap hari layaknya bisa terbang
memberi janji layaknya tak pernah menghilang

yang kemudian menjauh bagai pasir
tertelan ombak yang menyapu
yang kemudian mengering bagai daun gugur
pura-pura tak mengenal cahaya matahari

tahun ke-21 kala itu
meniti jejak jati diri
yang terlalu liar untuk dimiliki

lancang dan hina

Lancang sekali rasanya.
Mengharapkan tubuh ini disinari mentari pagi
Setelah semalaman berlarian di tengah hujan
Tak mengindahkan panggilan ibunda
Yang selalu mendoakan setiap langkah kita

Hina sekali rasanya.
Membiarkan hati ini dipenuhi ladang bunga
Setelah seumur bernafas dalam putaran debu
Tak menjawab pertanyaan sang ayah
Yang tak lain adalah cintanya pada kita

Tertatap senyumnya adalah relung yang terkoyak
Menyambut katanya adalah jiwa yang tak utuh
Dia yang kini ada di depanku
Menatap diriku dengan penuh tanda tanya
Seberapa pantas kaki ini berpijak
diiringi langkah kakinya
Seberapa besar hati ini berpihak
diselingi ucapan doanya

Wanita macam apa yang mengharapkan pria
Saat dia tak pernah menyadari dirinya luka
Wanita seperti aku yang merindu hadirnya
Saat dia terlalu nyata untuk diimpikan

Terlalu lancang dan hina
Kembalilah wanita ini di tempat seharusnya dia berada

Friday, March 8, 2013

Dia, sebagai cahaya yang menyinari.

tik tok. hening dan hampa.
mata baru saja terkedip kembali setelah pandangannya menyelusuri ruang sempit dalam tiap liku kehidupan.
tiga puluh hari baru saja terlewati. begitu saja. benar-benar tak terasa.

perubahannya sangat signifikan.
rasanya bagai menyelusuri kurva yang tak menemukan titik potong.
berbanding lurus menapaki hari yang baru.

anak itu baru saja menyeka air mata bahagianya.
ada tangan tak tampak yang baru saja merangkul bahunya.
sambil berkata "i'm here. always on your back" aku rasa.
ah apa aku terlalu sok tahu untuk merasa.
yang jelas Dia tak pernah meninggalkanku.

luar biasa hening kemudian yang tercipta.
ada syaraf yang masih tak bisa menerima keadaan
karena sang hati masih berdentum terlalu keras
jangan sampai air mata ini ke luar lagi

bahkan ketika anak ini mendapatkan kertas putihnya kembali
dia terlalu bingung untuk memutuskan
warna crayon apa yang akan di ambil pertama kali (lagi)
haruskah putih? yang tak akan terlihat, namun akan selalu melembutkan warna-warna yang hadir di atasnya
atau hitam, yang akan mengaburkan warna lain sesudahnya

akhirnya dipegangnya kertas itu
diterawang dalam cahaya mentari pagi yang begitu bersahabat
dia bisa melihat cahaya itu membias melalui sang kertas
dan dari situlah ia melihat
bahwa apapun warna yang ada di kertas itu,
cahaya matahari akan selalu menyinari dia dari manapun
tak peduli kertas itu terlalu putih, atau begitu hitam.