Monday, October 25, 2010

Janji

Kamu takut ga kalo suatu saat aku ninggalin kamu?

Ke mana?

Yang jelas ga akan ada sedikitpun aku dalam hidup kamu lagi.

Hmm..iya aku takut.

Kenapa takut?

Karena nanti aku sedih kalo ga ada kamu dalam hidup aku. Aku kan sayang banget sama kamu. Kamu udah ada dalam hari-hari aku. :'(

Masih takut?

Aku makin takut..

Kenapa harus takut sih?

Kenapa ga boleh takut sih??!! :(

Karena semua itu ga akan pernah terjadi.

:')



Wednesday, October 20, 2010

berbagi cerita

Ada seorang sahabat gw yang bercerita bahwa dia baru saja putus dengan pacarnya. Hubungan mereka sudah terjalin 6 tahun. Sahabatku, sebut saja Rani, sangat sedih. Dia menceritakan bahwa pacarnya, sebut saja Dika, menghampirinya dan berkata:

"Aku udah ga nyaman sama kamu, aku udah ga sayang sama kamu, hubungan kita udah berasa hambar buat aku, aku ga ngerasain kaya yang dulu-dulu lagi. Aku rasa mulai saat ini kita resmi putus."

Sahabatku terkejut, dia tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia begitu menghadapinya dengan dewasa. Baginya tak ada gunanya jika ia terus saja memaksakan hubungan mereka berdua, karena intinya adalah Dika tidak sayang lagi pada dirinya. Apa yang harus diperjuangkan?
Yang begitu menyesakkan Rani adalah bahwa dirinya telah sangat mengenal Dika, jauh melebihi Dika mengenal dirinya sendiri. Rani tahu apa yang Dika suka, apa yang tidak Dika suka, kapan Dika mau apa, kenapa Dika bersikap bagaimana, Rani tahu semuanya.
Dika yang dulu dikenalnya sejak bangku SMA adalah anak yang introvert dan tidak punya banyak teman. Hobinya dulu adalah ngeband dengan aliran musik punk, metal dan sebagainya. Dika bukanlah anak yang pintar di sekolah.
Kini, saat Dika telah beranjak menjadi Dika yang lain. Dika yang move on banget, begitu Rani menyebutnya. Dika kini sudah lulus kuliah di Perguruan Tinggi Negeri ternama dan berhasil kerja di salah satu perusahaan besar, bahkan dirinya akan segera dipindahtugaskan ke negara lain. Dika kini menjadi orang yang extrovert, memiliki banyak teman dan senang bergaul dengan siapa saja.
Mengapa ketika dia begitu sukses meniti hidupnya dia justru meninggalkan Rani? Itulah yang membuat Rani bingung. Dan yang menyesakkan dan begitu membuat Rani sedih adalah ketika dia tahu bahwa dirinya tak lagi bisa bersama Dika bukan karena Dika memiliki wanita lain, melainkan karena Dika memang sudah tak ada rasa dengan dirinya. Itu lebih tak bisa ia terima.

Hari demi hari, galau melanda. Namun Rani begitu tabah dan dewasa menghadapi semua ini. Hingga akhirnya dia tak tahu lagi harus berbuat apa, dia akhirnya bercerita kepada adiknya yang masih duduk di kelas 3 SMP. Masa remaja labil, begitu kira-kira. Sebut saja adiknya adalah Sandra.

Rani : Sandra, kak Dika jahat ya sama kakak? huhuhuu
Sandra : Hmm gimana ya kak? aku sih ga mau bilang kak Dika jahat. Namanya juga manusia kan kak, selalu mencari yang terbaik. Berarti kakak bukan yang terbaik-nya kak Dika.

Detik itu juga Rani tersadar, bahwa omongan adiknya yang selama ini dia anggap omongan anak kecil akhirnya membuatnya tertampar juga. Bahkan dia yakin benar bahwa Sandra sendiri tidak begitu paham arti omongan dia. betapa menyakitkannya keadaan sebenarnya.
Ranipun akhirnya berpikir bahwa kita tidak pernah sekalipun berpikir bahwa mungkin bukan dia yang bukan terbaik buat kita, melainkan kitalah yang bukan terbaik buat mereka. Itu benar.
Kisah ini jauh lebih memilukan dibanding kisah perselingkuhan pacarku dengan sahabatku, katanya. Dan ia mengingatkan, bahwa kisah kami sangat tidak seberapa dibanding kisah temannya yang kehilangan calon suaminya seminggu sebelum resepsi pernikahan mereka setelah mereka menikah 3 bulan, dan esok hari setelah temannya itu mendapati suaminya tewas karena kecelakaan, ia baru mengetahui bahwa dirinya hamil. Ini sangat menyedihkan.
Dan intinya begitu banyak kisah menyedihkan lainnya yang akan sangat membuat kita banyak mensyukuri apa yang telah terjadi pada kita meskipun itu menyakitkan.

Cheer up Girl! :)

i love you

"Kalau kamu suka sama seseorang,

titipkan rasa sukamu itu kepada Allah." :)

kata Ditya



Tuesday, October 12, 2010

kehidupan

ada yang menangis karena terlahir ke dunia,
ada yang menangisi seseorang yang telah pergi selamanya

ada yang tertawa bersama sahabatnya,
ada yang mendapati sahabatnya mengkhianatinya

ada yang mengucap janji setia,
ada yang tertangkap basah akan perselingkuhannya

ada yang mengikat kisah sehidup semati,
ada yang memperebutkan harta warisan

ada yang menangis,
ada yang tersenyum

ada yang bahagia,
ada yang sedih

ada yang bahagia di atas penderitaan orang lain,
ada yang tersakiti dan terinjak

ada yang datang,
ada yang pergi,
ada yang kembali,
ada yang bolak-balik

begitulah kehidupan,
begitu memiliki lawan main,
begitu tak jelas
begitu nyata hadir di tiap hari kita.

sebutlah

Jika semua ini kau sebut sebagai kenangan indah,

Senyuman manja
Pelukan hangat
Genggaman erat
Ciuman mesra

Segala tempat kenangan
Semua kata manis yang terucap
Janji yang terpatri
Impian yang tinggi
Pembicaraan kisah cinta
Obrolan tentang masa depan

dan semua yang terlewati,
dengan nafas yang terhembus
dan langkah yang takkan hilang jejaknya
karena bersamanya.

Maka sebutlah semua hal ini,

Kebohongan yang sempurna
Strategi pengkhianatan
Keegoisan persahabatan
Perselingkuhan
Dicampakkan
Ditidakpedulikan
Janji yang tak ditepati
Kesetiaan yang tak terbuktikan
Persahabatan penuh kepalsuan

dan semua hal,
yang menguras air mata dan
menghimpitkan dada


sebagai pelajaran hidup.
yang penuh dengan makna.

Sunday, October 10, 2010

Forgive Infidelities

We forgive people for our own benefit. We put things behind us, declare at least to ourselves that we no longer expect to be repaid for the debt, and allow ourselves to move on. We can forgive people that are passed away or with whom we no longer have any possible contact. We don't have to tell them that we have forgiven them.

Reconciliation is beyond that and involved some reestablishment of trust. That's generally something that has to be earned through actions, not words, over a serious period of time and is not compatible with lies, deception, or being misled by not knowing or understanding relevant pertinent facts. Sometimes it just doesn't make sense to reconcile. I have a person I have forgiven but can't reconcile because I am still concerned about how they might treat some of my dependents if I had a relationship with them again.

Leaving oneself open for injury is generally a bad and some might say stupid thing to do. You can forgive a snake for biting you, because they were just doing what snakes do, but to give the snake an opportunity to bite you again under similar circumstances would be foolish unless you knew that the snake had been de-fanged or otherwise controlled.

I want..

I want to tell you how special you are,
to put down in words my love for you,
my desire to care for you.

I want to say how much you mean to me,
that you are the centre of my universe
and that your smile lights up my life.

I want to tell you that when I see you unhappy,
I want to hold you.

I want to tell you that sometimes you look so god damn wonderful
I want time to stand still to capture your beauty.

I am lost in the depth of your eyes,
the curved lift of your smile, your lovely naughty laugh,
I want to tell you that the gentle warmth of your embrace has given me more joy than I ever thought possible.

10 kelakuan pengkhianat

1. Menutupi kesalahan dengan sempurna

2. Memutarbalikkan fakta

3. Meyakinkan orang lain dengan perkataannya yang
meyakinkan

4. Menutupi fakta dengan fakta palsu

5. Meyakinkan lingkungan dengan sikap berdiam diri

6. Merahasiakan hubungan di balik hubungan

7. Melupakan semua janji yang telah diucapkan

8. Melarikan diri bersama sikap egois

9. Mengkondisikan bahwa dialah sang korban

10. Merasa bahwa waktu akan menghapus semua kesalahan cepat atau lambat

101010

said on 101010

will be answered on 20102010

:)

touchable predictable

apa yang dulu tak tersentuh
bahkan kini telah dapat dipeluk
yang dulu enggan menyapa
sekarang teman bertukar pikiran
yang dulu menjadi bagian imajinasi
kini menjadi kenyataan yang menyapa tiap hari

dulu ada yang memimpikannya
dulu ada yang berandai bersamanya
dulu ada yang ingin memiliki dirinya
dulu ada yang ingin menjadi bagian hidupnya

perlahan menaruh cengkeraman
di atas ranting pohon yang rapuh
siap menangkap buah yang siap dipetik itu

kini apel itu di genggamannya
tercium wanginya
manisnya begitu terasa

waktu memang akan menjawab semuanya
ditemani baik iblis ataupun malaikat
mengikuti hati maupun nafsu
teringat sahabat ataupun kepuasan diri sendiri

begitu dapat disentuh
begitu dapat diperkirakan.

Sunday, October 3, 2010

Broken Vow

Tell me her name i want to know
The way she looks and where you go
I need to see her face
I need to understand
Why you and i came to the end

Tell me again i want to hear
Who broke my faith in all these years
Who lays with you at night
when i'm here all alone
Remembering when i was your own

I let you go
I let you fly
Why do i keep on asking why
I let you go
Now that i found
a way to keep somehow
more then a broken vow

Tell me the words i never said
Show me the tears you never shed
Give me the touch
that one, you promised to be mine
or has it vanished for all the time

I close my eyes
and dream of you and i
and then i realize
There's more to love than
only bitterness and lies

I'd give away my soul to hold you once again
and never let this promise end
I let you go
I let you fly
Now that i know i'm asking why
Now that i find
a way to keep somehow
more than a broken vow

a broken vow

Friday, October 1, 2010

antrian ATM

memang blog ini bukan diary gw.
tapi kejadian tadi siang membuat gw berpikir.
mungkin terdengar biasa aja, tapi bagi gw omongan anak dan ibunya tadi bikin gw mikir

"what? anaknya aja nyadar dan ngeh." ckckck.

(antrian sebuah ATM Bank Capek Antri dan gw kebetulan persis di belakang mereka.)
anak 5 th: ma, aku laper.
mama: iya bentar ah. bawel.
(ibu itu mulai sibuk dengan proses pengambilan uang di ATMnya.)
(lama banget)

(anak 5 th itu mulai menarik-narik baju ibunya tak sabar.)
anak: ma.. ma..
mama: apa??
anak: mama kok ambil uang terus sih?
mama: mau belanja.
anak: aku mau nabung.

deg!