Thursday, May 9, 2013

little girl story

Kadang dalam hidup ini ada hal-hal sederhana yang cukup sulit untuk dijelaskan. Entah seharusnya tidak usah dijelaskan, diungkapkan, diberitahukan atau apalah itu, atau... kita harus terus berusaha membuat hal itu dapat diterima dan dimengerti?

Berbagai hal sensitif sering kali menjadi topik yang ah-pingin-cerita-tapi-gimana-ya-bilangnya... Tanpa disadari, sebenarnya belum tentu orang dihadapan kita itu ingin tau dan mau mengerti.

Keluarga misalnya. Bukan sebuah aib, melainkan sesuatu yang salah-salah kita ungkapkan bisa mencerminkan kehidupan kita.

Ada seorang gadis kecil yang harus menanggung kesepian orang tuanya di masa tuanya. Gadis kecil yang dulu selalu menjadi anak kesayangan, dan kini dengan rasa sayangnya dia harus menemani orang tuanya. 
Menjadi lebih kuat dari apapun saat mereka butuh. Menjadi paling tegar dari mereka yang mengeluhkan hal-hal berat yang dikemas sepele. Menjadi yang paling bisa diandalkan dibanding mereka yang sibuk sendiri di luar sana dengan kehidupan baru mereka.

Tak jarang air mata gadis itu mengalir dalam doa. Tak sedikit amarah yang terjebak dalam penyesalan akan ketidakmampuan untuk menjadi lebih. Tak banyak yang diungkapkan olehnya di depan kedua orang tuanya. Selain mencoba untuk terus berkata "iya" pada pinta mereka. 

Jangan sampai mereka melihatku penuh derita, pikirnya. Jangan sampai sakit yang melanda membuat pikiran mereka gundah gulana, pikirnya. 

Namun, jauh di sisi lain hatinya ia mencoba menemukan seseorang yang bisa menumpahkan isi hatinya. Sahabatnya telah bersamanya hampir seumur hidupnya. Tak jarang gadis itu berharap bisa menemukan pemimpinnya. Pemimipin yang bisa memahami tanpa harus mencari kesalahannya. Pemimpin yang bisa membuat kesalahannya menjadi pelajaran penuh makna. 

Sedihnya saat gadis itu tak bisa mengungkapkan perasaannya. Bukan karena tak berani berkata akan semuanya. Tapi mencoba cukup tahu diri bahwa semua usahanya tak selalu akan membuahkan hasil untuk dapat menemui sang pemimpin untuk sang pemimpi itu,

Baru saja ia ungkapkan separuh harinya, langsung saja pasukan bertameng itu menghadang. Kemudian ia memejamkan matanya, melihat gelap yang mulai menyelimuti harinya. Visinya tak lagi mengabur. Cukup hitam untuk terus bisa membedakan dari mana cahaya itu berasal. Selalu ia menyadari bahwa ia berjalan di jalan yang tepat. Dengan menyebut nama penciptanya yang sangat mengasihi dan menyayanginya, ia terus berjalan... mencoba membahagiakan orang yang telah membahagiakan dirinya terlebih dahulu. Her parents.

No comments:

Post a Comment