Suatu hari yang
terasa begitu dirindukan. Bertemu seseorang yang sepak terjangnya dalam
kehidupan telah terlalu hebat. Mengenali sebuah diri bagai mengenali diri
sendiri. Lama tak bertemu dengannya. Dan kali ini, saat waktu tak sengaja
mempertemukan, ada rindu yang teramat membuncah hingga air mata tak hentinya
menyapu sepasang pipi ini.
Sekali lagi dia mencoba menolongku yang hampir
terpuruk, dalam perasaan yang lebih dalam dari sebuah jurang. Berkali-kali
dalam bertahun-tahun sosok ini mengabdikan hatinya pada orang-orang yang tak seharusnya
layak mendapatkan kasih sayangnya. Selalu mencoba tetap tegar berdiri walau
hujaman dan sayatan dengan jelas membungkan kebahagiaan. Masih saja menyangkal,
masih saja terlalu positif dalam pikirannya, dan gadis ini terus termangu dalam
kesendirian yang tak pantas.
Kali ini tamparannya lebih hebat. Sosok yang
menjadi objek dianggapnya terlalu baik, bahkan saat sang cerminan diri dengan
jelas mengatakan tidak. Apa lagi yang diharapkan gadis ini dari seseorang yang
dengan jelas tak pernah menyadari kehadirannya? Seseorang yang dengan mudahnya
melontarkan kata-kata kasar dan tak pantas kepada dirinya yang sepatutnya
diberikan ucapan lembut dan perangai sopan. Seseorang yang mengintimidasi untuk
memotivasi namun tak pernah sedikitpun mencoba membuka hati dan pikirannya
untuk sama-sama belajar.
Mau sampai kapan kau begini? Kau begitu layak
untuk mendapatkan yang lebih baik dan pantas untuk menerima rasa kasih
sayangmu. Dia berkata memang diri ini begitu sempurna dalam menyayangi
seseorang, hingga terkadang terlalu bodoh untuk menyadari bahwa kehadirannya
tak lebih dari sebuah gangguan dalam hidup seseorang. Dan lupa menyadari bahwa
masih ada yang menanti kehadiran ini. Dengan penuh makna. Mengawali dengan
sebuah pengertian, kemudian bisa menerima setulus hati dan menyesuaikan untuk
tetap berjalan di jalur yang sama.
Kali ini hampir habis air mata berharga yang
terkumpul. Terlalu banyak yang terbuang sia-sia. Tak perlu menyiapkan diri
untuk kehilangan orang seperti dia, melainkan dialah yang harus menyiapkan diri
untuk menyadari bahwa dia telah kehilangan orang sepertiku.
Yang mensyukuri kehadirannya yang telah
menyentuh hidupku. Yang selalu mengingat Allah setiap kali aku mengingat
dirinya. Yang mencoba menerima dia dengan segala keburukannya yang tak bisa
kulihat. Yang menyesuaikan hidupku dengan hidupnya, agar kelak menjadi pantas
bersamanya.
No comments:
Post a Comment