Saturday, August 24, 2013

cerita 1


Suatu hari yang terasa begitu dirindukan. Bertemu seseorang yang sepak terjangnya dalam kehidupan telah terlalu hebat. Mengenali sebuah diri bagai mengenali diri sendiri. Lama tak bertemu dengannya. Dan kali ini, saat waktu tak sengaja mempertemukan, ada rindu yang teramat membuncah hingga air mata tak hentinya menyapu sepasang pipi ini.

Sekali lagi dia mencoba menolongku yang hampir terpuruk, dalam perasaan yang lebih dalam dari sebuah jurang. Berkali-kali dalam bertahun-tahun sosok ini mengabdikan hatinya pada orang-orang yang tak seharusnya layak mendapatkan kasih sayangnya. Selalu mencoba tetap tegar berdiri walau hujaman dan sayatan dengan jelas membungkan kebahagiaan. Masih saja menyangkal, masih saja terlalu positif dalam pikirannya, dan gadis ini terus termangu dalam kesendirian yang tak pantas.

Kali ini tamparannya lebih hebat. Sosok yang menjadi objek dianggapnya terlalu baik, bahkan saat sang cerminan diri dengan jelas mengatakan tidak. Apa lagi yang diharapkan gadis ini dari seseorang yang dengan jelas tak pernah menyadari kehadirannya? Seseorang yang dengan mudahnya melontarkan kata-kata kasar dan tak pantas kepada dirinya yang sepatutnya diberikan ucapan lembut dan perangai sopan. Seseorang yang mengintimidasi untuk memotivasi namun tak pernah sedikitpun mencoba membuka hati dan pikirannya untuk sama-sama belajar.

Mau sampai kapan kau begini? Kau begitu layak untuk mendapatkan yang lebih baik dan pantas untuk menerima rasa kasih sayangmu. Dia berkata memang diri ini begitu sempurna dalam menyayangi seseorang, hingga terkadang terlalu bodoh untuk menyadari bahwa kehadirannya tak lebih dari sebuah gangguan dalam hidup seseorang. Dan lupa menyadari bahwa masih ada yang menanti kehadiran ini. Dengan penuh makna. Mengawali dengan sebuah pengertian, kemudian bisa menerima setulus hati dan menyesuaikan untuk tetap berjalan di jalur yang sama.

Kali ini hampir habis air mata berharga yang terkumpul. Terlalu banyak yang terbuang sia-sia. Tak perlu menyiapkan diri untuk kehilangan orang seperti dia, melainkan dialah yang harus menyiapkan diri untuk menyadari bahwa dia telah kehilangan orang sepertiku.

Yang mensyukuri kehadirannya yang telah menyentuh hidupku. Yang selalu mengingat Allah setiap kali aku mengingat dirinya. Yang mencoba menerima dia dengan segala keburukannya yang tak bisa kulihat. Yang menyesuaikan hidupku dengan hidupnya, agar kelak menjadi pantas bersamanya. 

No comments:

Post a Comment