Aku
tidur bersama tumpukkan buku
Buku
kuliah, buku cerita, baik novel maupun komik
Buku
curhat, Koran, majalah
Dan
buku ini tentunya.
Baiklah,
Kubuka
mata dan entah kenapa
(lagi-lagi suatu kepura-puraan akan kata “entah kenapa”)
Aku
menulis…lagi…
Kali
ini sok puitis. Ah, biarlah orang berkata apa.
Menaikkan
bantalku sebagai sandaran
Masih
menarik selimut
Kuambil
buku ini dan pulpennya
Termenung
sesaat
Dan
kemudian tersadar saat silau matahari masuk melalui jendela kamar dan memancar
ke mataku
Mari
mulai menulis…
Hadirmu…
Hey,
apa aku terbangun dari tidurku?
Sinar
mentari hangatkan ragaku
Mataku
silau terkena cerah senyumnya
Aku
tak bergerak menikmati belaian sang surya
Melalui
ucapan seorang malaikat tak bersayap
Tak
peduli ketika sekejap hujan menerpa
Perciknya
sejukkan gerakku
Langkahku
tak kunjung berhenti
Mencari
tempat untuk berteduh
Tak
menyesal merasakan warna-warnimu
Biasmu
tampakkan dirimu di mataku
Kilau
berwarna bagai lukisan pribadiku
Aku
tak berpindah ke manapun
Ku
rasakan diri ini berteman dengan hembusan angin
Yang
serentak menyebutkan namamu
Dunia
berputar seolah bahagia melihat kita
Senyum
ini bukan milik siapapun,
Tapi hanya milik kita.