Wednesday, December 29, 2010

Cinta 2010

Cinta.

Suatu hal yang sangat menyakitkan, bagiku untuk saat ini.

2010.

Tahun yang sangat menyakitkan, bagiku, benar-benar hanya berlaku untukku.

Hidup.

Bahkan aku kira hidupku telah berakhir.

Air mata.

Sahabat terbaikku dalam setahun ini.

Dirimu.

Dirimu.

Ketika kita mencintai seseorang, kita selalu ingin membuatnya bahagia. Dan ingin juga dibuatnya bahagia. Dan bahagia bersama-sama. Dan itulah, proses yang indah.

Tak selalu indah prosesnya, terlebih saat hadirnya orang ketiga. Orang ketiga itu selalu hebat. Selalu bisa mencuri hati orang kedua, itulah sebabnya dia disebut orang ketiga. Sebuah pernyataan pahit.

Hidupku sempurna.

Paling tidak hingga saat itu.

Aku memiliki keluarga yang sangat menyayangi aku.

Aku mejalani kehidupanku dengan teman-teman yang baik.

Aku memiliki seseorang yang sangat menjaga dan menyayangi aku.

Seseorang yang sangat setia, kukira.

Tiga tahun, ternyata bukan apa-apa.

Semua janji yang terucap, semua cinta, tak lebih dari kisah sinetron belaka.

Yang terlalu menjijikkan untuk ditonton.

Pada dasarnya aku malas menonton sinetron yang terlalu mudah untuk ditebak.

Terutama kasus perselingkuhan.

Tapi siapa menyangka, kisahku malah menjadi sinetron terbaik dengan arahan sutradara terbaik pula.

Tuhan.

Bahkan Dia sanggup menuliskan skenario hidupku sedemikian rupa, tanpa kutahu akan berakhir seperti apa.

Dia “tega” memberiku peran saat ku melayang di atas, dan saat ku terpuruk di bawah.

Tapi setelah kupikir-pikir lagi, ini semua adalah doaku.

Aku telah bertamu ke rumahNya.

Di sana aku diminta memberitahukan suguhan apa yang aku inginkan.

Dia bilang akan memberikannya begitu aku pulang ke rumah.

Aku bilang ingin disuguhi “cinta”

Dia bertanya cinta yang seperti apa?

Aku menjawab, cinta yang semestinya. Jika dia yang terbaik maka lancarkan segala prosesnya dan jadikan dia yang terakhir. Namun, jika dia memang tidak seperti yang kukira, maka tunjukkanlah sejelas-jelasnya, segala perilakunya di hadapanku.

Well, kuanggaplah semua ini sebagai hadiah terindah dariMu.

Kini, memang aku seolah terpuruk.

Melihat kau dengan dirinya, terlalu bahagia. Bahkan sejak saat masih bersamaku.

Apa aku terlalu terang-terangan?

Ah aku rasa sebanding, dengan bagaimana terang-terangannya kalian menyakitiku.

Dan aku rasa aku tidak salah.

Aku memang sedih, aku memang benci, aku memang sulit untuk ikhlas.

Aku memang tersakiti.

Sampai hari ini saja.

Aku sadar.

Hey aku telah sadar dari dulu,

Mungkin lebih tepatnya aku ingin menyadarkan diriku sekali lagi.

Allah punya 99 asmaul husna, salah satunya maha adil.

Allah sayang padaku.

Aku akan selalu mengingat perkataan teman baikku akhir-akhir ini.

Aku akan menitipkan rasa cintaku padamu ke Allah, agar Allah kelak akan mengatur segala jalannya untukku.

Aku tetap bahagia.

Karena aku selalu berada dalam lindungan Allah, dan aku memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dibanding orang-orang kurang beruntung yang ada di dunia ini.

Aku tak perlu mencari karma untukmu (dan untukmu), karena Allah, sekali lagi, maha adil.

Aku akan selalu bahagia, dengan atau tanpa siapapun. :)

No comments:

Post a Comment